Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (BEM-UMM), gelar rangkaian acara Gerakan Pangan Jujur di Aula Biro Administrasi Umum (BAU). Kegiatan ini mengusung tema “Perbaikan Tata Kelola Pangan untuk Sistem Pangan yang Berdaulat, Adil dan Resilien”. Menghadirkan narasumber dari Ombudsman Republik Indonesia, Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA), Kedaulatan Raktat Untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), dan Tempo Institut. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari dan terbagi menjadi Talkshow Ngabuburit Progresif dan Kelas Intelektual Progresif (08/04).
Nur Subeki selaku Wakil Rektor III UMM dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan ini. Karena seluruh panitia dan peserta yang hadir, telah menyempatkan waktunya dengan hal yang bermanfaat dibulan Ramadhan. Untuk meningkatkan kapasitas diri menjadi lebih baik lagi. Beliau pun menjelaskan bahwa masalah pangan adalah masalah semua orang. Oleh karena itu Ia berharap agar nantinya setelah kegiatan ini, mahasiswa mampu mengambil peran dalam masalah pangan di Indonesia. “ Ambil peran kedepan, kalau tidak dari kalian siapa lagi nanti?” ujar Nur Subeki selaku Wakil Rektor III UMM.
Tak lupa Harisuddin selaku Presiden Mahasiswa UMM, turut mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ini. Dalam sambutannya pria yang kerap disapa Haris ini menjelaskan bahwa, ada 4 kunci untuk membuat ketahanan pangan di negeri ini menjadi nyata. 4 komponen ini harus bersinergi untuk menciptakan ketahanan pangan di Indonesia.”4 kunci untuk membuat ketahanan pangan menjadi nyata adalah Regulasi, akademisi, praktisi, society,” ungkap Harisuddin selaku Presiden Mahasiswa UMM.
Selama kegiatan Gerakan Pangan Jujur berlangsung, seluruh peserta terlihat sangat antusias dalam menyimak materi yang disampaikan oleh narasumber. Misalnya saja saat pemateri yang dibawakan oleh Hariadi Propantoko selaku Peneliti dari KRKP, peserta turut mengambil peran untuk berdiskusi dengan beliau. Garis besar dari diskusi tersebut menjelaskan bahwa regulasi atau tata Kelola harus dibuat sebaik mungkin. Karena jika sampai buruk pada akhirnya akan berdampak buruk pada masyarakat. “Tata kelola pangan yang buruk akan berdampak pada menurunnya akses pangan, dimana pada akhirnya rakyatlah yang dirugikan dan dekat dengan krisis pangan dan gizi,” ujar Hariadi Propantoko selaku Peneliti dari KRKP.
Bayu salah satu peserta berharap agar kegiatan seperti ini bisa dilakukan setiap tahun. Karena ia merasa bahwa edukasi tentang pangan sangatlah penting untuk masyarakat. Apalagi Indonesia dikenal sebagai negara agraris. “Melihat isu-isu tentang pangan di Indonesia yang tak kunjung habis, saya rasa kegiatan semacam ini sangat cocok untuk diikuti oleh mahasiswa. Agar wawasan mereka lebih terbuka lagi sehingga mampu untuk berkontribusi dengan baik,” ujar Bayu salah satu peserta kegiatan. (Muhammad Mada)